Rasulullah Penyayang Orangnya, Selalu Menyuapi Pengemis di Pasar

Notification

×

Iklan

Iklan

Rasulullah Penyayang Orangnya, Selalu Menyuapi Pengemis di Pasar

Senin, 30 Januari 2023 | 01:30 WIB Last Updated 2023-01-30T03:48:51Z



Satu hal yang nggak disukai Rasulullah ialah bermusuhan dengan siapa pun. Beliau memilih berdamai ketika ada orang yang ingin berdamai.



Bila pun harus berperang dengan musuh, ini ialah jalan terakhir untuk mempertahankan daerahnya dari kehancuran (baca: defensif). 





Bahkan, ketika beliau dicaci maki seorang pengemis buta yang membenci Islam dan dirinya; dengan sabar ia pun menyuapi sang pengemis buta itu penuh welas asih. 




Coba saja kalau kejadian tersebut menimpamu? Saya jamin, ketika kamu dicaci maki oleh seseorang, akan balik mencacinya dengan lebih parah lagi. 




Kamu menabuh genderang perang dengan pencaci tersebut untuk waktu yang lama. Bahkan, ada yang mendeklarasikan musuhan sepanjang hayat. 




Ketika kamu bertengkar dengan seseorang misalnya, hal ini kerap menciptakan permusuhan sengit. Kamu, tidak pernah menyapanya, selalu mengabaikan pendapatnya, dan apa pun yang dilakukannya buruk di matamu. 




Tetapi, Rasulullah mah orangnya nggak begitu.Ketika beliau dicaci maki dan dijelek-jelekin namanya, tidak serta merta menjauhi orang tersebut. 




Malahan, dengan penuh kasih sayang, beliau mendekatinya dan memberikan pelayanan memuaskan sehingga orang tersebut sadar. 




Beliau menyuapi orang buta yang membenci dan mencacinya dengan segenap keikhlasan. 




Subhanallah, mulia banget akhlak dan kepribadian kekasih kita, Muhammad Saw., sehingga lakunya membuat orang lain terpukau, tutur katanya menentramkan jiwa, dan dari bibirnya selalu ucapkan kebaikan. 




Nabi Muhammad Saw., tak pernah membalas kekerasan dengan kekerasan, kebencian dilawan kebencian, dan caci maki dengan caci maki kembali. 




Beliau selalu membalas kekerasan dengan kelembutan, kebencian dibalas kecintaan, dan caci maki diganti dengan perhatian sungguh-sungguh. 





Subhanallah, sungguh mulia junjungan nabi kita, Muhammad Saw., yang dihormati lawan, dihargai sahabat, dan dimuliakan umatnya sepanjang zaman.




Coba kamu renungi kisah welas asihnya beliau di bawah ini.




Di sebuah sudut pasar Madinah, ada seorang pengemis Yahudi buta.Ia selalu menebarkan kebencian kepada Rasulullah Saw., dengan cara berteriak kepada siapa pun yang melewatinya. 




“Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, pembohong, dan tukang sihir.Apabila kalian mendekatinya kalian akan terperdaya oleh rayuan mistisnya.”Teriak pengemis itu.




Caci maki pengemis buta itu hampir setiap pagi dilakukannya ketika ada seseorang yang mendekati pengemis itu untuk memberikan sedekah.




Anehnya, meskipun sering dicaci maki, dilecehkan, dijelek-jelekan dan dibully; setiap pagi Rasulullah mendatanginya sembari membawa makanan.




Tanpa mengguratkan kekesalan, beliau menyuapi pengemis buta tersebut dengan lemah-lembut dan penuh kasih sayang. 




Setiap kali suapan masuk ke mulut pengemis itu, akan terdengar pesan kebencian padanya, agar tidak mendekati orang bernama Muhammad. 




Rasulullah tak pernah marah kepadanya.Beliau juga tidak pernah memusuhi pengemis buta itu.Malahan, beliau menyuapinya secara rutin setiap pagi hari hingga baginda wafat.




Setelah kewafatan Rasulullah, praktis tidak ada lagi orang yang membawakan makanan dan menyuapi setiap pagi pada pengemis Yahudi buta itu.




Suatu ketika, sahabatnya Abu Bakar ra berkunjung ke rumah anaknya, Aisyah ra, salah seorang isteri Nabi.




Abu Bakar ra bertanya kepada anaknya, “Wahai anakku, adakah sunnah kekasihku, Rasulullah Saw., yang belum aku kerjakan?”




Aisyah ra menjawab, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunah, hampir tidak ada satu sunah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunah saja.” 




“Apakah itu?”Abu Bakar ra penasaran.



“Setiap pagi Rasulullah Saw.selalu pergi ke sudut pasar Madinah dengan membawa makanan dan menyuapi seorang pengemis Yahudi buta di sana,” kata Aisyah ra. 




“Oh, gitu ya…baiklah besok akan kubawakan makanan kepada pengemis buta itu.” ujar Abu Bakar ra mantap. 




Keesokan harinya Abu Bakar ra pun pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu.Dia mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu dan menyuapinya.




Ketika dia mulai menyuapi, si pengemis marah sambil berteriak, “Siapakah kamu?”




Abu Bakar ra menjawab, “Aku orang yang biasa menyuapimu.”




“Bukan!kau bukan orang yang biasa mendatangiku,” teriak pengemis buta itu. 




“Apabila dia (Rasulullah) datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. “ 




“Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu makanannya dihaluskan dengan mulutnya.Setelah itu dia berikan padaku dengan mulutnya sendiri,” ujar pengemis itu marah.




Abu Bakar ra tidak dapat menahan air matanya, dia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Dia adalah Muhammad Rasulullah Saw.”




Mendengar tangisan Abu Bakar ra, dan tahu bahwa orang yang selama ini menyuapinya itu selalu dicaci maki, dilecehkan, dan direndahkan martabatnya; pengemis itu pun kemudian berkata, “Benarkah demikian?”




“Berarti, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, tetapi dia tidak pernah memarahiku sedikitpun, dia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi.Dia begitu mulia.” Rintihnya amat menyesal.




Kemudian, sang pengemis buta itu, dengan segenap hati mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat di hadapan Abu Bakar ra.  




“Asyhadu anlaa ilaaha illa Allah, wa asyhadu anna muhammadan rasulullah.”




Subhanallah, betapa mulia akhlak dan perangai Rasulullah. Pintu maafnya seluas samudera. Beliau selalu memaafkan kesalahan orang lain, sebelum mereka sadar atas tindakan salahnya. 




Saking mulianya akhlak Rasulullah Saw., tidak pernah membalas kebencian seseorang dengan kebencian lagi. Beliau malahan membalasnya dengan laku yang penuh cinta  dan kasih sayang.




Bisakah kita meneladani kemuliaan akhlak  Rasulullah Saw.? Insyaallah bisa, kalau kita mencintai dan mengaguminya sepenuh jiwa dan raga. Lalu dengan begitu, rasa cinta dan kagum itu berbuah keinginan dalam hidupmu untuk meneladani setiap pribadi Rasulullah Saw. ***(SAB)