Saatnya Produksi Tafsir Digital Yuk

Notification

×

Iklan

Iklan

Saatnya Produksi Tafsir Digital Yuk

07/01/2023 | 10:20 WIB Last Updated 2023-01-07T03:20:00Z



Manusia modern saat ini hidup dalam dua dunia sekaligus, yaitu dunia nyata dan dunia yang tidak terlalu nyata, yaitu dunia yang diciptakan oleh teknologi realitas maya. Prensky menyebut bahwa penetrasi internet dalam dunia kontemporer telah memunculkan “digital natives”, yaitu manusia yang lahir dan tumbuh besar dengan teknologi digital.


Fenomena ini tentunya memiliki dampak positif serta dampak negatif sekaligus. Dalam konteks keagamaan misalnya, kelompok yang menganut paham radikal dalam hal keagamaan mendapat tempat baru dalam menyampaikan gagasan-gagasanya. Namun disatu sisi, kelompok moderat juga mendapat kesempatan yang sama untuk menyuarakan paham keagamaanya.


Dalam konteks tafsir Al-Qur’an, hadirnya dunia digital adalah pertanda adanya medium baru dalam dunia tafsir Al-Qur’an. Munculnya ruang baru dalam kerangka media baru ini mampu menawarkan sesuatu yang lebih cocok dengan kebutuhan masyarakat modern. Dunia internet menawarkan sesuatu yang mudah diakses serta tidak membutuhkan ruang yang besar untuk menyimpannya karena semuanya bisa diakses dan disimpan dalam smartphone.


Hal ini tentu berbeda dengan kajian tafsir yang terdapat dalam kitab-kitab at-tafsir yang sulit diakses baik karena bahasa yang digunakan maupun pencariannya yang cenderung sulit serta membutuhkan ruang yang besar untuk menyimpannya karena berbentuk fisik. Jika dibandingkan antara situs web, facebook, dan youtube, situs web lebih sering dan mudah diakses. Lebih lanjut, situs web juga mampu menyampaikan kajian secara tertulis secara lebih leluasa tanpa dibatasi oleh jumlah karakter sebagaimana yang berlaku pada media sosial lainnya.


Digitalisasi Tafsir

Konsep digitalisasi penafsiran dan tafsir digital pada dasarnya adalah sebuah pengembangan dari konsep religgion online dan online religion, yang digagas oleh Glenn Young.  Religion online merujuk pada ketentuan informasi tentang agama dan referensi utama untuk tradisi keagamaan yang sudah ada sebelumnya. Adapun online religion menunjukkan pada kesempatan untuk berpartisipasi dalam agama dan referensi utama untuk kegiatan keagamaan yang berlangsung online.


Berangkat dari pemahaman tersebut maka religion online dapat dipasangkan disamakan dengan digitalisasi tafsir. Yaitu, sekedar menghadirkan penafsiran yang sudah ada kedalam dunia digital. Dalam digitalisasi penafsiran tidak ada upaya untuk ikut berpartisipasi menghadirkan penafsiran baru dalam dunia digital.


Situs website tafsirweb.com, bisa dikategorikan sebagai digitalisasi tafsir. Karena dalam situs website tafsirweb.com, konten tafsir berdasarkan topik maupun tafsir berdasarkan serial, murni hanya berupa terjemahan secara literal atas kitab-kitab tafsir. Sedangkan tafsir digital dapat disandingkan dengan online religion. Sehingga dapat dipahami bahwa tafsir digital menunjuk pada suatu kegiatan atau partisipasi penafsiran yang dilakukan secara digital.


Khazanah Tafsir

Para mufassir harus mampu menyesuaikan diri dengan zaman, seperti halnya di era digital sekarang ini. Selain menyebarkan penafsiran-penafsirannya lewat buku dan ceramah keagamaan, mereka juga harus menyampaikan penafsirannya lewat media digital. Sebagaimana disinggung diawal, bahwa media digital merupakan medium baru bagi tafsir Al-Qur’an. Para sarjana tafsir harus mengambil peluang yang terbuka lebar ini, dan mulai beradaptasi dengan dunia digital. Inilah yang disebut Al-Qur’an sebagai berdakwah dengan bahasa kaumnya (bilisani qaumihi).


Ketika sarjana tafsir berkecimpung didunia digital hendaknya mereka tidak hanya menyampaikan tafsir-tafsir klasik yang sudah diproduksi oleh para ulama terdahulu, atau yang penulis sebut diawal sebagai digitalisasi. Mereka harus beranjak dari digitalisasi tafsir menuju tafsir digital. Dalam artian, mereka harus memproduksi tafsir baru dalam dunia digital. Dengan begitu, khazanah tafsir Al-Qur’an akan semakin berkembang. (Rizal Muhlisin)